HOME Rumah Belajar TV Edukasi Suara Edukasi Radio Edukasi M-Edukasi Pena Belajar My Youtube Channel
SELAMAT DATANG DI GUNTUR SALEKSA BLOG, YUK BERBAGI KEBAIKAN BERSAMA
Semua password untuk link download adalah : gunturberbagi
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR YACH

Rabu, 01 Juni 2011

Proposal PTK 16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( Sejarah ) merupakan mata pelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik ( siswa ). Hal ini terjadi karena mata pelajaran ini membahas hal-hal yang terjadi di masa lampau dimana anak tidak mengalami dan menyaksikannya.
Memang banyak metode dan strategi pembelajaran yang menyarankan dan telah diterapkan oleh para guru agar peserta didik melihat secara langsung bukti-bukti sejarah atau peninggalan sejarah, misalnya dengan karya wisata atau menggunakan media semi konkrit dengan menyaksikan tayangan cerita sejarah melalui video. Akan tetapi metode di atas dapat dikatakan kurang efektif dan kurang efisien, karena banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakannya. Di sekolah kami SD Negeri ______________________., peserta didik kurang tertarik dengan pelajaran IPS ( Sejarah ). Prestasi atau hasil belajar siswa pada Pokok Bahasan atau Konsep : Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hampir 75 % peserta didik kurang menguasai materi atau konsep tersebut.
Banyak cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dan mudah dipahami oleh peserta didik secara maksimal. Nisbet ( 1985 ) dalam Erman ( 2003 ) mengatakan “ Tidak ada cara belajar ( tunggal ) yang paling benar dan cara mengajar yang paling baik. Setiap orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka memilih cara dan gaya belajar dan mengajar yang berbeda”. Prof. DR. Conny R. Semiawan, 2008 berpendapat bahwa bermain adalah suatu kebutuhan bagi anak, dengan merencanakan pembelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangnannya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mencoba menggunakan salah satu metode atau model pembelajaran. Yang ingin penulis sajikan dalam tulisan ini adalah penggunaan metode atau model pembelajaran make a match ( mencari pasangan ) dengan bermain kartu.
Dalam pembelajaran sejarah menggunakan metode make a matcht, peserta didik akan merasa senang belajar, sehingga perhatiannya penuh dalam mengerjakan tugas , belajarnya penuh dengan keikhlasan, akibatnya hasil belajar meningkat dengan harapan peserta didik akan senang belajar akhirnya belajar sepanjang hayat dapat terwujud.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Upaya meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa menggunakan metode make a match ( mencari pasangan ) pada konsep : Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Semester 2 SD Negeri ___________Tahun Pelajaran ___________ “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Apakah melalui penggunaan metode atau model pembelajaran make a matcht ( mencari pasangan ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pada konsep Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di kelas V semester 2 SD Negeri ___________Tahun Pelajaran ___________ ? “
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi hasil belajar sejarah dalam materi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi hasil belajar Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia melalui pendekatan atau metode pembelajaran make a matcht ( mencari pasangan ) bagi siswa kelas V semester 2 SD Negeri ___________Kecamatan ___________ Kabupaten ___________ Tahun Pelajaran ___________
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan teori baru tentang optimalisasi hasil belajar sejarah melalui pensdekatan pembelajaran make a matcht ( mencari pasangan ). Selain itu penelitian ini mempunyai manfaat untuk menegmbangkan kreatifitas dan inovasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran model pendekatan make a match untuk meningkatkan hasil belajar IPS (sejarah) pada siswa
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1). Dapat dijadikan sebagai bahan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat mengubah perolehan peringkat prestasi belajar yang lebih baik.
2). Pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
3). Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
4). Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
b. Bagi guru
1). Bagi guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar dan kebutuhan siswa.
2). Guru memperoleh pengalaman sehingga dapat memperluas wawasan tentang model-model pembelajaran inovatif.
3). Guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran salah satunya mode pembelajaran dengan pendekatan atau metode make a match ( mencari pasangan ).
4). Membantu guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar agar lebih profesional.
c. Bagi sekolah
Memberikan perkembangan demi proses perbaikan pembelajaran terutama model pendekatan make a match (mencari pasangan) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada IPS ( sejarah) dan mata pelajaran yang lain.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian belajar
Manurut Nana Sudjana ( 1989 : 5 ) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dirtandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bernagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lai yang adap pada individu yang belajar.
R. Gagne dalam Slameto ( 2003:13) memberikan 2 definisi mengenai belajar :
1). belajar adalah sutau proses untuk memeperoleh motivasidalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkahlaku.
2). belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi
Slameto ( 2003:2 ) berpendapat : “ Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh sutau perubahan tingkah laku yang aru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology ( Suryabrata, 2004:23 ) menyatakan bahwa “ Learning is shown by a change in behavior as a result of experience “. Artinya belajar adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.
Pernyataan senada juga diutarakan oleh Morgan , di dalam buku Introduction of Psychology ( Purwanto, 2007:84 ) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan perubahan tersebut bersifat relative permanent.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran , umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau niulai yang diberikan oleh guru ( Depdiknas,2005:895 ).
Menurut Anni (2006:5) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2007:102-103) adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengasaan pengetahuan , ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dapat diukur berupa penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
3. Pengertian Sejarah
Kata sejarah mempunyai arti yang sama dengan kata history (Inggris), yang mengandung arti cerita tentag peristiwa atau pada masa lampau. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto ( 1952:646) disebutkan bahwa kata sejarah mengandung pengertian:
a) kesusatraan lama : silsilah, asal-usul
b) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
c) ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau serta riwayat.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia merupakan peristiwa atau kejadian di masa lampau. Proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dan menandai lahirnya Negara Indonesia. Peristiwa persiapan dan pelaksanaan proklamasi merupakan peristiwa yang sangat penting bagi siswa, generasi penerus bangsa. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaaan Republik Indonesia perlu ditanamkan , dikenang dan perlu dilanjutkan oleh generasi penerus.
4. Pembelajaran make a match ( mencari pasangan )
Pembelajaran make a matcth merupakan model pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan ( PAKEM ), yaitu pembelajaran kooperatif ( Coopreatif Learning ) yang mengutamakan kerja sama dan kecepatan di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.
Model pembelajaran make a match ( mencari pasangan ) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lerna Curran ( Depdiknas, 2005 ) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :
a) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review. Sebaiknya satu bagian kartu soal dan baigan lainnya kartu jawaban.
b) setiap siswa mendapat satu buah kartu
c) tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya ( soal/jawaban)
e) setiap sisw yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu diberi point
f) setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
g) demikian seterusnya
h) mengambil kesimpulan/penutup
Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenagkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Hisyam Zain, 2008:32).
B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Euis Kurniawati, S.Pd ( Yogyakarta,2009) yang berjudul “ Komparasi Strategi Pembelajaran ‘ Make A-Match’ dengan ‘ Index Card Match’.
Index Card Match atau mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya . Namun demikian materi pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlbih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengalaman ( Hisyam Zaini, 2008: 32 ).
Persamaan Strategi atau metode pembelajara ‘Make A Match’ dengan Strategi ‘Index Card Match' adalah :
1. Kedua strategi tersebut sama-sama menggunakan kartu (potongan kertas ) sebagai media pembelajarannya.
2. Kedua strategi ini sama – sama menggunakan pembagian jenis kartu berupa kartu soal dan kartu jawaban.
C. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran baik guru maupun siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran Berdasarkan hal tersebut di atas dibutuhkan sebuah model pembelajaran yaitu model pembelajaran ‘Make A Match’ yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.
Pada tahap awal guru mengadakan pembelajaran dengan metode ceramah atau bercerita. Pada materi sejarah menggunakan metode pembelajaran ceramah atau bercerita hasil belajar siswa minim. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan dibawah Kriteria ketntasan Minimal ( KKM ).
Berdasarkan pengalaman di atas ingin mencoba melaksanakan pembelajaran menggunakan metode atau strategi pembelajaran make a match ( mencari pasangan ). Pada pembelajaran make a match ini anak belajar sambil bermain mencari pasangan kartu yang dipegangnya, sehingga anak merasa senang.
Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode ‘make a match’ ini , pada sesi review diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada belajar sejarah.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangaka perpikir di atas, maka peneliti mengambil hipotesis bahwa menggunakan metode pembalajaran ‘make a match ‘ ( mencari pasangan ) dengan cara bermain kartu dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kelas V Semester 2 SD Negeri ___________Kecamatan ___________ Kabupaten ___________.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di Keas V SD negeri ___________Kecamatan ___________ Kabupaten ___________. Dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei 2010 atau pada semester 2 ( genap ) Tahun pelajaran ___________.
Siswa Kelas V di SD Negeri ___________pada Tahun Pelajaran ___________ rata-rata kecerdasannya kurang, terbukti mereka banyak yang tinggal kelas ( tidak naik kelas ) di kelas sebelumnya ( hampir 50 % ).
Keadaan di rumah , siswa jarang ditunggui oleh orang tuanya karena bekerja. Keadaan social ekonominya sebagian besar tergolong masyarakat menengah ke bawah, tercermin dari pekerjaan orang tuanya kebanyakan sebagai tukang becak dan buruh.
B. Variabel yang Akan Diteliti
Variabel dalam penelitian ini adalah optimalisasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS ( sejarah ) tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai variabel terikat. Sedangkan model pembelajaran make a match ( mencari pasangan ) merupakan variabel bebas
C. Rencana Tindakan
Pada penelitian ini, peneliti merencanakan tindakan sebagi berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti akan melaksanakanpembelajara di kelas, pada siklus I sebanyak 4 kali pertemuan dan siklus II juga 4 kali pertemuan. Waktu atau jam pembelajaran digunakan untuk penyajian materi Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ; mengadakan evaluasi untuk memperoleh hasil belajar siswa ; selanjutnya diadakan analisis hasil penilaian dan rencana tindak lanjut.
2. Implementasi Tindakan
Pada tahap implementasi tindakan ini, peneliti merencanakan tindakan yaitu setelah menyajikan materi diadakan sesi review dengan teknik pembelajata make a match ( mencari pasangan ) dengan menggunakan kartu soal dan kartu jawaban.
Dengan pembelejaran make a match ( mencari pasangan ) ini diharapakan siswa belajar sambil bermain sehingga sisw merasa senang dan perolehan atau prestasi hasil belajar meningkat.
3. Observasi dan Interpretasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002 : 133).
Observasi dalam penelitian ini berisi catatan yang menggambarkan bagaimana aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia , sebelum menggunakan model pendekatan make a match ( mencari pasangan )dan sesudah menggunakan model pendekatan make a match ( mencari pasangan ).
4. Analisis dan Refleksi
Pada atahap ini peneliti mengadakan analisis dan refleksi hasil belajar siswa. Setelah pembelajaran dengan model ‘ Make A Match’ diharapkan ada peningkatan hasil belajar. Dengan demikian dapat dianalisis adanya hasil belajar yang optimal
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan observasi. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam bentuk nilai hasil belajar. Sedangkan teknik observasi digunakan untuk merekam aktivitas siswa dalam pembelajaran maupununtuk mengetahui kemajuan proses pembelajaran.
Instrumen pengumpulan data meliputi soal tes dan lembar observasi . Butir soal tes digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam mengukur hasil belajar Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, stelah dilakukan tindakan. Sedangkan lembar observasi dalam penelitian berisikan catatan kejadian selama proses pembelajaran berjalan.
E. Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indicator kinerja sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan dan menganalisis data yang diperoleh . dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada ulangan harian sebelumnya dan berdasarkan pengalaman-pengalaman sbelumnya dibandingkan dengan penggunaan metode atau pendekatan pembelajaran ‘ Make A Match’ ( mencari pasangan ) dengan cara bermain kartu. Maka peneliti menentukan indicator keberhasilan kinerja dalam bentuk hasil belajar siswa minimal mencapai KKM ( Kriteria ketuntasan Minimal ) mata pelajaran IPS di Kelas V SD Negeri ___________yaitu 60,0 dan adanya peningkatan keaktifan dan rasa senang siswa pada saat proses pembelajaran .
F. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis dalammpenelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil belajar Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Hasil belajar tersebut dianalisis dengan deskriptip komparatif yaitu membandingkan nilai data awal tes dan nilai antar siklus dengan indicator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Aanalisis data skunder dalam penalitian ini adalah data dari hasil observasi yang dinalisis dengan cara deskriptif yaitu anak dalam proses pembelajaran tampat aktif dan senang atau sebaliknya.
Baca Selengkapnya...

Read more...

Proposal PTK 15

PROPOSAL SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI
PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
PADA PEMBELAJARAN IPS
KOMPETENSI DASAR MENGHARGAI PERJUANGAN PARA TOKOH
DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
BAGI SISWA KELAS V SD ___________






I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab seluruh jenis dimensi kehidupan. Didalamnya terdapat berbagai unsur dari keluarga, masyarakat, sekolah, juga dari anak itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar guru selalu dihadapkan pada kondisi ganda yaitu mengalami keberhasilan dan kegagalan. Kadang guru berhasil mengantarkan sebagian besar siswa mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan namun sebagian lagi mengalami kegagalan. Tidak jarang terjadi sebagain besar siswa gagal mencapai kentuntasan minimal. Dalam upaya memperbaiki kondisi tersebut maka guru diwajibkan untuk melakukan perbaikan pembelajaran, salah satu upaya perbaikan yang disarankan adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
Kondisi kelas V SD ___________ dimana sekolah berada di daerah pantai, masyarakat daerah pantai sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Dalam hal ini orang tua ( ayah ) jarang di rumah, sehingga pendidikan anak tidak terarah. Keadaan yang demikian membawa dampak salah satunya dalam bidang pendidikan, dimana permasalahan utamanya adalah rendahnya minat dan motivasi belajar siswa cenderung hanya menerima penjelasan dari guru dan sulit untuk melakukan tugas mandiri.
Akibat dari kondisi pembelajaran yang seperti ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari data ulangan harian, yaitu dari 28 siswa hanya 8 siswa ( 25 % ) yang tuntas belajar, sedang 20 siswa lainnya ( 75 % ) belum mencapai ketuntaan minimal. Melihat kondisi tersebut peneliti ( guru ) mencoba untuk melakukan analisa untuk menemukan akar penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dan berusaha menemukan alternatif penyelesaiannya.
Setelah dilakukan diskusi dengan teman guru satu rumpun akhirnya ditemukan suatu alternatif pemecahannya adalah dengan melakukan pembaharuan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga diharapkan pembelajaran lebih hidup dan siswa mampu menyerap pengetahuan yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajarnya.
Model pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Pemilihan model ini didasarkan pada kajian teoritis dimana model pembelajaran Group Investigation sangat tepat digunkana hika tujuan pembelajaran adalah agar siswa aktif dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuannya.

1.2 Identifikasi Masalah
Usaha guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPS Kompetensi Dasar Menghargai Perjuangan Para Tokoh dalam mempertahankan Kemerdekaan, siswa kelas V SD Negeri ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________ pada semeter II tahun ___________.
Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri ___________ dalam pembelajaran IPS tentang Kompetensi Dasar Menghargai Perjuangan para Tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan rendah yaitu hanya ___ dari _____ siswa yang mendapat nilai 75 keatas atau yang mengalami belajar tuntas. Sedangkan ____ siswa lainnya mendapat nilai dibawah 75 atau belum tuntas. Untuk mengetahui lebih lanjut kekurangan –kekurangan yang dialami siswa, guru melakukan refleksi diri dengan sejumlah pertanyaan reflektif.
Pertanyaan tersebut antara lain:
a. Bagaimana suaana kelas pada saat pelajaran berlangsung ?
b. Bagaimana minat siswa pada saat pelajaran berlangsung ?
c. Adakah interaksi belajar antara guru dan siswa pada saat penyampaian materi?
d. Bagaimana sikap siswa pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa ( LKS )?
e. Bagaimana hasil ulangan siswa ?
Dari pertanyaan refleksi tersebut dapat diketahui berbagai masalah siswa dalam proses pembelajaran.

1.3 Rumusan Masalah
Setelah melakukan kajian terhadap latar belakang tersebut diatas maka dirumuskan permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu :


Apakah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kompetensi Dasar, “ Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan “, kelas V SD ___________ Tahun pelajaran ___________?

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :
a. Untuk mengetahui dampak penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kompetensi Dasar, menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan kelas V SD ___________ Tahun pelajaran ___________.
b. Untuk meningkatkan kinerja guru terutama dalam menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD ___________.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
a. Bagi siswa
1. Siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Prestasi belajar siswa bisa maksimal dan mencapai ketuntasan.
b. Bagi peneliti ( guru )
Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan profesional guru dalam menjalankan tugas sehari-hari.
c. Bagi pendidikan pada umumnya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wacana dan dapat dipertimbangkan untuk dijadikan acuan dalam meningkatkkan hasil belajar pada sekolah-sekolah lain sehingga mutu pendidikan meningkat.






II. KAJIAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teori

Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
A. Belajar
Menurut Oemar Hamalik dalam Yekti, Tur Susila ( 2008 ) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Sedangkan menurut Slameto dalam Yekti, Tur Susila ( 2008 ) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Skinner dalam Mawardi ( 2009 ) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun, sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Mawardi, 2009 ; 28- 29 ), sedangkan menurut kamus umum Bahasa Indenesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dan sebagainya ) supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminto : 109 )
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran IPS.



B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata “ prestasi ” dan “ belajar ” prestasi berarti hasil yang telah dicapai ( Depdikbud, 1995 : 78 ),sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu ( Depdikbud, 1995 : 14 ). Jadi pengertian prestasi belajar menurut Purwanto dalam Yekti Nur Susila ( 2008 ), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestai adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan. Dengan demikian pengertian prestasi belajar dapat diberikan batasan sebagai berikut :
Prestasi belajar adalah hasil kerja belajar seseorang yang diperoleh atau dicapai dengan kemampuan yang optimal dalam tes sebagaimana yang dinyatakan dalam skor pada raport.
Prestasi belajar dinyatakan dalam proporsi sebagai berikut :
Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah untuk meningkatkan prestasi belajar murid.
Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid
Ketiga, hasil belajar ( achievement ) itu sendiri diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran IPS dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain, faktor yang terdapat dalam diri siswa ( faktor intern ) dan faktor yang berasal dari luar siswa ( faktor ekstern ). Faktor – faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, masyarakat dan sebagainya.



2.2. Kajian Hasil Penelitian yang relevan
A. Pembelajaran Kooperatif
a. Hakekat pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama yaitu kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelas merupakan cermin dari masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar dalam kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran kooperatif seharusnya dapat membentuk siswa agar memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, dapat mengembangkan sikap demokratis dan trampil berfikir logis
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas siswa yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi atau mencapai kompetensi yang relatif sejajar.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai guru dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari dan permasalahan – permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil ( 3 – 5 orang ). Siswa dalam setiap kelompok diupayakan heterogen dalam kemampuan. Siswa bekerja dalam kelompoknya berupa diskusi menyelesaikan tugas bersama dengan bantuan referensi bacaan, LKS, buku atau penugasan terstruktur lainnya.

b. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Merujuk pendapat dari Stahl dalam Ismail ( 2003 : 23 ) disebutkan bahwa sebuah pembelajaran kooperatif memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Adanya tatap muka antar teman
2) Adanya sikap mau mendengarkan antar anggota
3) Adanya proses belajar dari teman sendiri dalam kelompok
4) Belajar dalam kelompok kecil
5) Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat
6) Siswa mampu membuat keputusan
7) Siswa aktif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Aktifitas belajar berpusat pada siswa, guru berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan kondisi demikian diharapkan siswa mampu mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan keleluasaan cara berfikir dan kreatifitas yang dimiliki siswa dalam pembelajaran
Sistem evaluasi dalam pembelajaran kooperatif yaitu sistem evaluasi yang dilakukan berdasarkan pencapaian hasil belajar komulatif dalam kelompok. Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif setidaknya memiliki tiga ( 3 ) tujuan yaitu :
1) Hasil belajar akademik, artinya pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman artinya pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang misal : perbedaan suku, agama, ras, kemampuan akademik dan tingkat sosial
3) Pengembangan ketrampilan sosial, artinya pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Wujud ketrampilan sosial dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, toleran terhadap perbedaan, membantu teman, mensuport teman dll.
d. Langkah – langkah ( sintak ) Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilakukan dalam enam langkah yaitu :
No Sintak Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi agar siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2 Menyajikan / memberi informasi Guru memberikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau memberikan bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara membentuk kelompok belajar dan cara bekerja / belajar kelompok.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas – tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing – masing kelompok.
6 Memberi penghargaan Guru mencari cara – cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Jika kita cermati langkah – langkah pembelajaran kooperatif tersebut akan terlihat nyata bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas tampak sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.
Setiap kegiatan yang dilakukan akan tergantung pada tahapan perencanaan, hal itu juga berlaku dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan yang harus dilakukan antara lain menentukan tipe atau metode yang tepat, menyiapkan LKS, memilih topik yang sesuai, menyiapkan dasar – dasar pembentukan kelompok, merencanakan waktu dan sebagainya.

e. Macam – macam model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa metode pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih dan dilakukan dalam pembelajaran di kelas yaitu :
1) Pembelajaran Kooperatif tipe jig saw
2) Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
3) Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
4) Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
5) Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
6) Pembelajaran Kooperatif tipe Group investigation
7) Pembelajaran Kooperatif tipe Example non example

B. Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
a. Pengertian
Group Investigation adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif dengan model diskusi kelompok. Model pembelajaran ini cocok digunakan jika kita menginginkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan secara mandiri dengan cara menginvestigasi berupa bacaan, gambar atau sumber yang lain.
Sisi positif dari model pembelajaran ini adalah adanya kemandirian siswa untuk mencari sendiri pengetahuan yang dibutuhkan. Siswa dalam kelompok diskusi harus bekerja sama, membagi tugas, saling bertanya dan menjawab
b. Langkah – langkah
Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation guru memerlukan persiapan selayaknya model pembelajaran lainnya. Bahan yang harus disiapkan guru yaitu : bahan bacaan, LKS, artikel, Koran dan lainnya. Bahan bacaan tersebut merupakan sumber bagi siswa untuk menemukan pengetahuannya.
Adapun langkah – langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut :
1) Guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok kecil ( 4 – 5 siswa ) yang heterogen, L/P, kemampuan siswa dll.
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan tata cara diskusi
3) Siswa diberikan tugas, setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda
4) Siswa berdiskusi dengan target “menemukan” pengetahuannya sendiri
5) Ketua kelompok menyampaikan hasil diskusinya
6) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan dan guru melakukan validasi.
7) Penutup yang meliputi kegiatan refleksi dan evaluasi

2.3. Kerangka Berfikir
Salah satu bentuk dan model pembelajaran IPS yang memungkinkan dan dirasa tepat dalam mengantarkan siswa menjadi warga negara yang mengerti, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara yaitu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif diantara siswa akan terjadi adanya tatap muka antar teman adanya sikap mau mendengarkan antar anggota adanya proses belajar dari teman sendiri dalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau mengemukakan pendapat, siswa mampu membuat keputusan dan siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, maka pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sangat tepat sebab kompetensi dasar tersebut menuntut siswa untuk mampu menelaah sumber belajar dan menentukan sendiri pengetahuaanya.
Dengan sejumlah keunggulan tersebut diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Jika itu terjadi maka motivasi belajar dan minat belajar siswa akan terbentuk yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar siswa.


2.4. Hipotesis Tindakan
Untuk mendapatkan prestasi hasil ulangan yang baik bagi siswa kelas V, maka guru merumuskan hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran. Hipotesis tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut :
“ Apabila dalam proses pembelajaran IPS dengan Kompetensi Dasar, menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, guru menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe group Investigation, mengakibatkan siswa mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Sehingga siswa kelas V SD ___________ dapat menguasai materi dengan baik ”.





III. METODE PENELITIAN


Seting dan karakteristik subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________. Adapun dipilihnya kelas tersebut sebagai objek penelitian karena penulis adalah guru di SD ___________ sehingga memudahkan proses penelitian .
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan : April
Dengan jadwal sebagai berikut
a. Siklus I dilaksanakan pada hari,
- Selasa, 20 April 2010
- Kamis, 22 April 2010
b. Siklus II dilaksanakan pada hari,
- Selasa, 27 April 2010
- Kamis, 29 April 2010

Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang digunakan adalah :
A. Variabel input yang terkait dengan peserta didik, guru, bahan pelajaran, sumber belajar dan lingkungan belajar. Dari variabel penelitian yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Dari peserta didik
- Siswa tidak termotivasi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
- Minat belajar siswa dalam pelajaran IPS kurang maksimal, karena minat membaca tidak ada
2. Dari Segi guru
Guru kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran IPS, karena siswa tidak pro aktif dalam proses pembelajaran
3. Dari Segi bahan pelajaran
Materi pembelajaran sangat komplek, cukupan materinya sangat luas, sedangkan belajar siswa kurang maksimal dan kurang bersungguh – sungguh.

4. Dari segi sumber belajar
Sumber belajar yang tersedia di sekolah sangat terbatas bahan belajar yang tersedia di sekolah yang digunakan dalam pembelajaran tidak mengikuti masalah – masalah yang aktual.

5. Dari segi lingkungan belajar
Lingkungan belajar yaitu masyarakat kurang peduli terhadap kemajuan pendidikan, sehingga membawa dampak terhadap anak – anak ( siswa ) diantaranya kesadaran belajarnya sangat rendah, masih banyak anak yang drap out, hasil prestasi sangat kurang.

B. Variabel proses yang berkaitan dengan penyelenggara kegiatan belajar mengajar.

Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.

A. Diskripsi Siklus I
a. Tahap perencanaan
Dari tahap perencanaan mencakup tahapan. Tahapan mulai dari diskusi teman sejawat, menyusun RPP, mencari modal pembelajaran, menyiapkan instrumen yang digunakan dan menentukan tingkat keberhasilan perbaikan pembalajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan meliputi melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran. Peneliti dibantu teman sejawat untuk melakukan pengamatan baik cara mengajar guru ataupun perilaku siswa memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

c. Tahap Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data sebagai dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan perbaikan yaitu pada waktu pengamatan dan pencatatan data tentang kemampuan guru dalam perbaikan pembelajaran dan kemampuan siswa dalam diskusi kelompok

d. Tahap Refleksi
Setelah dilakukan tindakan, maka dilakukan analisis dari data yang ada, yang merupakan keberhasilan atau kegagalan selanjutnya analisis tersebut akan dipakai merumuskan dan menentukan tindakan selanjutnya.

B. Diskripsi Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I maka dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II sebagai berikut :
- Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
- Menyiapkan instrumen
- Menyusun skenario pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Langkah – langkah perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
- Melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran sesuai RPP
- Menggunakan lembar pengamatan guru / murid
- Memberikan tes
c. Tahap Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data sebagian dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan perbaikan yaitu pengamatan dan pencatatan data tentang kemampuan guru dalam pembelajaran dan kemampuan siswa diskusi kelompok. Pengumpulan data yang berupa hasil belajar siswa berupa tes
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan data – data yang terkumpul maka peneliti dan kolabolator melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
Menentukan keberhasilan atau kegagalan perbaikan siklus II dan menyimpulkan hasil perbaikan.

Teknik dan Instrumen pengumpulan data
Pada instrumen pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik tes dan non tes. Pada soal tes, siswa mengerjakan LKS, untuk non tes berupa lembar pengamatan untuk penelitia maupun lembar pengamatan siswa.

Indikator Kinerja
Keberhasilan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitain tindakan kelas ini diukur dari peningkatan yang signifikan dari nilai peningkatan masing – masing siswa pada tes akhir setiap siklus, kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :
a. Siswa dianggap telah tuntas belajar jika mencapai nilai minamal 60 sesuai KKM mata pelajaran IPS SD ___________
b. Keberhasilan kelas jika minimal mencapi 80 % siswa telah mencapai tuntas belajar



Teknik Analisis Data
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan teman sejawat sebagai pengamat dan seorang supervisor. Dalam mengamati proses pembelajaran pengamat dilengkapi dengan instrumen lembar pembantu observasi yaitu lembar pengamatan guru. Lembar pengamatan partisipasi siswa dalam diskusi. Untuk data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II. Untuk data kualitatif dari hasil pengamatan maupun wawancana menggunakan analisisw diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap – tiap siklus.



DAFTAR PUSTAKA

Agung. Sutoyo. 2007. IPS 5 . Klaten : Sahabat.

Asy’aari.dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas 5 Jakarta : Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ditjen Dikdasmen.2003. Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Bagian Proyek Penelitian Hasil Belajar tahap Akhir Nasional.

Mawardi.Suroso.2009. Pengembangan Pendidikan Kewaganegaraan. Salatiga : Widya Sari.

Sihono. Purwanto. 2004. Bimbingan Pembelajaran Pengetahuan Sosial 5. Surakarta : Mediatama.

Susilaningsih. Limbong . 2008 . Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Jakarta : Aneka Ilmu

Yekti, Tur Susilo.2008. Penelitian Tindakan Kelas. ___________




LAMPIRAN


1. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
2. LKS.
3. Lembar Pengamatan Guru.
4. Lembar Pengamatan Partisipasi Siswa dalam Diskusi.
5. Daftar Nilai.



TABEL


1. Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
2. Partisipasi Diskusi Kelompok pada Siklus I dan Siklus II.
3. Distribusi Nilai Ulangan Harian Siklus I dan Siklus II.
4. Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II.
5. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
6. Hasil Pengamatan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Siklus I dan Siklus II.
7. Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II.




GRAFIK

1. Grafik distribusi hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II.
2. Grafik jumlah siswa tuntas belajar Siklus I dan Siklus II.
3. Grafik skor pengelolaan pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
4. Grafik skor partisipasi siswa dalam diskusi Siklus I dan Siklus II.
5. Grafik distribusi ketuntasan hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II.
Baca Selengkapnya...

Read more...

Proposal PTK 14

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Judul : Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Perubahan Energi Listrik dengan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga Pada Kelas VI SDN ___________Tahun ___________





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Orang tua juga mempunyai harapan, dengan memasukkan putra-putri mereka ke sekolah agar putra-putri mereka kelak menjadi anak-anak yang pandai dengan memiliki prestasi yang menonjol di semua mata pelajaran, utamanya mata pelajaran akademik. Guru dan sekolah juga mempunyai harapan agar para siswa memiliki prestasi yangk menonjol disemua mata pelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik, antara lain: memiliki metode strategi dan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat menemukan yang sesuai bagi dirinya. Apabila guru telah menemukan model strategi, metode yang tepat dan sesuai bagi dirinya dan anak didik maka suasana pembelajaran menjadi lebih kreatif, dinamis, tidak monoton dan menyenangkan, sehingga dapat memberikan rasa puas bagi anak didik. Dampak selanjutnya pemahaman terhadap konsep-konsep IPA yang dipelajari anak didik menjadi lebih bermakna, lebih kuat dan berdaya guna, sehingga hasil belajar anak didik menjadi lebih baik.
Hal tersebut juga sesuai dengan salah satu tujuan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yaitu agar peserta memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan sikap dan nilai-nilai ilmiah serta lebih memperhatikan tahap perkembangan siswa. Pembelajaran IPA yang dikehendaki oleh kurikulum ini sesuai dengan hakekat IPA, yaitu sebagai produk ilmiah, proses ilmiah, serta sebagai sikap ilmiah.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan mata pelajaran IPA seorang pendidik harus kreatif dan inovatif untuk menyajikan proses pembelajaran dikelasnya agar proses pembelajaran yang dikelolanya berjalan luwes, efektif dan efisien. Karena pendidikan atau sekolah mempunyai harapan agar peserta didik memperoleh nilai yang memuaskan sesuai dengan KKM dan juga memiliki prestasi yang menonjol pada semua mata pelajaran.
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa pada umumnya, guru mengajar masih secara tradisional. Pengajaran IPA masih bersifat verbal dan pasif. Alat peraga IPA yang digunakan, pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya sebagai penerima pelajaran yang pasif. Hasil yang diperoleh peserta didik tidak sesuai dengan harapan pendidik. Sebagai contoh pembelajaran IPA kelas VI SD Negeri ___________tentang perubahan energi listrik hasilnya masih rendah. Setelah diadakan tes formatif ternyata nilai yang diperoleh peserta didik masih di bawah standar. Pada kehidupan nyata tidak selamanya harapan yang besar terwujud dalam kenyataan yang sesuai. Kenyataannya banyak siswa yang prestasi belajar IPA nya justru rendah.
Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis beri judul ”Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Perubahan Energi Listrik Dengan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga Pada Kelas VI SD ___________Tahun ___________”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dengan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan energi listrik?
2. Apakah dengan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar IPA tentang perubahan energi listrik?
3. Apakah dengan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar IPA tentang perubahan energi listrik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ada 2 (dua) :
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang perubahan energi listrik dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan keaktifan dan minat siswa pada pelajaran IPA tentang perubahan energi listrik dengan metode demonstrasi. Sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1. Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Siswa menjadi lebih aktif.
3. Dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
b. Bagi Penulis
Dengan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas, khususnya tentang penggunaan metode dan media yang tepat. Penulis mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari solusi yang tepat.
c. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan ataupun acuan dalam pembelajaran IPA bagi guru yang mengalami masalah serupa. Dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA maka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan oleh guru dapat tercapai.
d. Bagi Lembaga
1. Sebagai masukan bagi guru SD bahwa pembelajaran IPA perlu metode dan media secara tepat.
2. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatkan hasil belajar pada pelajaran IPA. PTK juga dapat memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang bercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
Hasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka tertentu yang tercatum dalam nilai raport, prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004 : 162) menyatakan prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai, belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman (damandiri.or.id).
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni, 2004 : 4).
Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara terpadu terhadap diri siswa (Dimyati, 1991 : 2).
Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum pengertian hasil belajar yaitu bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri dari unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara terpadu terhaap diri siswa setelah mengalami aktifitas belajar.
2. Teori Keaktifan Siswa
Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar (Anni, 2004 : 52).
Keaktifan adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya (Mutohir dkk, 1996 : 4).
Menurut Ardhana (2009) keaktifan siswa dapat dilihat dari :
a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
b. Kerjasama dalam kelompok.
c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.
d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.
e. Memberi kesempatan berpendapat pada teman dalam kelompok
f. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.
g. Memberi gagasan yang cemerlang.
h. Membuat perencanaan dan pembagian tugas yang matang.
i. Keputusan berdasarkan pertimbangan kelompok lain.
j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.
k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keaktifan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan keaktifan siswa dapat dilihat dari peran aktif siswa secara individu maupun dalam kelompok pada proses pembelajaran.
3. Minat Belajar Siswa
Secara bahasa minat berarti ”kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu” minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sardiman A.M berpendapat minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari dalam diri seseorang (Anni, 2004 : 56).
Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari dalam diri seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan (Mustofa, 2001 : 87).
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan pengertian minat yaitu keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari dalam diri seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan.
4. Teori tentang Metode Demonstrasi
Secara bahasa metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya dalam ilmu pengetahuan.
Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, illustrasi, dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat (dalam Canei, 1986 : 38).
Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980 : 87). Batasan yang dikemukakan Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.
Dengan memperhatikan batasan metode demonstrasi seperti yang dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian (T. Widiastuti) 2007 tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Sistem Peredaran Darah Manusia dengan metode demonstrasi, menggunakan alat peraga. (PTK Pembelajaran IPA Kelas VI).
C. Kerangka Berpikir
Kajian pustaka dan landasan teori dari para pakar juga beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberi gambaran penulis untuk membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Bagi sebagian besar siswa hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas masih rendah. Oleh karena itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila guru menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan alat peraga, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas akan meningkat. Hal ini dilakukan dalam proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus. Tindakan tersebut apabila dituangkan dalam bentuk skema akan dapat tergambar seperti di bawah ini.



D. Hipotesis Tindakan
Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas mengandung praduga bahwa penggunaan metode demonstrasi dengan bantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas kelas VI SD Negeri ___________, Kecamatan ___________.
Dari praduga tersebut penulis mengajukan hipotesis. Hipotesis ini yaitu :
1. Dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas.
2. Dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.
3. Dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari ______ yaitu pada awal semester dua tahun ajaran ___________ sesuai materi yang diajarkan pada semester tersebut.
Siswa kelas VI SD ___________berjumlah ____ siswa. Terdiri dari ____ perempuan dan ____ laki-laki. Siswa kelas VI cukup beragam tingkat kemampuan prestasi belajarnya. Dari _____ siswa hanya 20 % yang mempunyai kemampuan cukup baik, selebihnya kemampuannya di bawah rata-rata. Motivasi belajar anak di rumah kurang dikarenakan tingkat pendidikan orang tua rendah dan keadaan ekonomi yang pas-pasan.
Latar belakang dipilihnya kelas ini sebagai tempat penelitian adalah karena alasan berikut ini :
a. Sesuai dengan materi dan pokok bahasan yang ada.
b. Peneliti adalah guru di kelas tersebut. Hal ini memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
c. Berdasarkan penelitian selama semester 2, hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas masih rendah. Hal ini perlu segera diupayakan peningkatannya.
d. Penggunaan metode demonstrasi dengan alat peraga diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, sasaran kajian dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas. Upaya peningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat siswa dilakukan dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga.
B. Variabel Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Sebagai sumber data utama adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________ tahun ajaran ___________. Data juga berasal dari studi pustaka terhadap buku-buku nilai siswa. Adapun data pendukung diperoleh dari teman sejawat yang telah bersedia menjadi observer.
Dua hal yang menjadi objek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas juga disebut variabel independen. Variabel ini adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel ini juga disebut variabel sebab. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan metode demonstrasi dengan alat peraga untuk meningkatkan minat dan keaktifan siswa. Sedangkan variabel terikat adalah merupakan variabel yang tergantung. Variabel terikat sering disebut variabel dependen. Variabel ini tidak bebas dan merupakan variabel akibat. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.
C. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun langkah-langkah dari masing-masing siklus sebagaimana tertera berikut ini :
a. Siklus I
Kegiatan penelitian dimulai dengan dilaksanakannya siklus I. Siklus ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Adapun tahapan pada siklus ini adalah sebagai disebut di bawah ini.
1. Perencanaan
Perencanaan ini merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian. Atas dasar dari hasil studi pendahuluan, maka disusun perencanaan melalui beberapa tahap. Tahap-tahap yang dilalui pada perencanaan ini adalah :
- Mendesain pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga.
- Desain pembelajaran disimulasikan.
- Masukan dari hasil simulasi digunakan untuk merevisi desain pembelajaran berikutnya.
- Penyusunan instrumen yang diperlukan pada siklus.
2. Tindakan
Pada tahap ini, tindakan merupakan implementasi dari perencanaan-perencanaan yang telah disimulasikan dan direvisi.
Pada siklus I ini diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama siswa diberikan apersepsi dan penjajakan kemampuan awal siswa. Tahap berikutnya siswa diberikan informasi singkat tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Selain itu diberikan pula informasi tentang tujuan yang akan dicapai. Adapun pada kegiatan berikutnya guru merumuskan permasalahan yang telah ditentukan.
3. Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan atau observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan. Hal ini tentu karena guru sebagai peneliti sekaligus juga sebagai penyampai materi. Pada tahap ini pula dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Tiap-tiap tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa akan diamati oleh observer. Observer disini adalah guru itu sendiri sebagai peneliti beserta teman sejawat. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah pedoman pengamatan dan lembar penilaian yang sudah disediakan digunakan dalam tahap ini.
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan peneliti bersama teman sejawat. Tahap ini berisi diskusi dari peneliti sebagai guru maupun observer dengan teman sejawat. Diskusi berisi tentang kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil diskusi ini digunakan untuk menentukan sikap yang harus dilakukan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini dilakukan pula analisis data. Analisis ini untuk mengetahui keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.
b. Siklus II
Pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan yaitu 2 x 35 menit.
1. Perencanaan
Atas dasar temuan pada siklus I maka dibuatlah rencana untuk melaksanakan siklus II. Siklus ini merupakan penyempurnaan siklus I. Perbedaan yang mungkin ada pada siklus II yaitu diperolehnya laporan hasil pengamatan secara utuh.
Pada tahap perencanaan ini peneliti sebagai guru membuat seperangkat pembelajaran sebagaimana siklus I.
2. Tindakan
Sesuai dengan rancangan pembelajaran, pada siklus II ini dilakukan tindakan sebagaimana yang ada pada rencana mengajar harian. Hal ini sama dengan yang dilakukan pada siklus I. Namun pada siklus II penerapan metode demonstrasi dengan alat peraga benar-benar diusahakan untuk meningkatkan hasil belajar, minat dan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.
3. Pengamatan
Setelah melakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan pada setiap perubahan perilaku yang dialami siswa. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan membuat catatan-catatan penting. Hal ini sebagaimana dilakukan pada siklus I. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman pengamatan dan lembar penilaian.
4. Refleksi
Peneliti kembali melakukan refleksi setelah melakukan tindakan dan pengamatan. Refleksi dilakukan terhadap hasil yang didapat sebelum siklus II ini. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang perpindahan energi panas, untuk dapat dibandingkan dengan hasil setelah siklus II.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis memilih tiga teknik pengumpulan data. Ketiga teknik tersebut adalah tes, observasi dan dokumentasi.
a. Teknik Tes
Pada penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang dilaksanakan selama proses penelitian.
b. Metode Observasi
Dalam mengamati kemampuan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas digunakan metode observasi. Dalam penelitian ini yang diamati adalah minat dan keaktifan siswa.
c. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda tersebut diantaranya adalah buku-buku dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Jadi dokumen-dokumen yang diteliti pada penelitian ini adalah buku daftar nilai siswa kelas III tahun 2008/2009 dan kelas VI tahun pelajaran ___________ SDN ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________.
Sedangkan alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis. Ketiga jenis alat pengumpul data adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Butir Soal Tes
Butir-butir soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Instrumen ini berupa tes hasil belajar tentang perpindahan energi panas.
b. Lembar pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku siswa. Pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir proses pembelajaran.
c. Skala Penilaian untuk Studi Dokumentasi
Pada penelitian ini dilakukan studi dokumentasi. Studi dilakukan terhadap buku siswa, sedangkan yang menjadi cakupan studi adalah buku daftar nilai kelas III tahun pelajaran 2008/2009 dan kelas VI tahun pelajaran ___________ SD ___________, Kecamatan ___________, Kabupaten ___________.
E. Indikator Kerja
Sebagai sebuah penelitian tindakan kelas perlu adanya indikator. Indikator digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian. Apabila indikator terpenuhi, penelitian dikatakan berhasil. Adapun indikator Penelitian Tindakan Kelas dibedakan dalam dua kelompok.
a. Indikator Umum
Indikator umum dari penelitian ini adalah sebagaimana disebut di bawah ini
1. Guru dapat mengelola pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.
2. Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran siswa meningkat.
b. Indikator Khusus
Atas dasar hasil pembelajaran sebelum diupayakan peningkatan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas pada siklus I dengan hasil rata-rata di bawah 75 %. Maka indikator kinerja setelah tindakan pada siklus II diharapkan meningkat menjadi lebih dari 75%. Jadi persentasi ketuntasan belajar IPA tentang perpindahan energi panas diharapkan mencapai 75 % keatas.
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif. Digunakannya analisis deskriptif komparatif sebab untuk membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kerja.
Dilakukannya analisis data semenjak awal sampai akhir proses penelitian. Karena hal ini merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara tahap pengumpulan dan analisis data. Dalam menganalisis data dilakukan juga dengan metode deskriptif persentase. Sedangkan data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi.

Baca Selengkapnya...

Read more...

Proposal PTK 13

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh undang-undang pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Proses pengembangan potensi SDM harus menjadi perhatian utama dalam tahapan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Hal ini perlu diperhatikan karena hanya melalui proses pendidikan inilah kebutuhan SDM yang berkualitas dalam pembangunan di berbagai bidang akan dapat diwujudkan. Tujuan pendidikan nasional tersebut dijabarkan dalam tujuan-tujuan Institusional Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Tujuan Institusional Sekolah Dasar dijabarkan dalam berbagai indikator, tujuan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang ada. Dengan demikian pencapaian tujuan pendidikan nasional ditentukan oleh betapa baik dan tidaknya masing-masing mata pelajaran mencapai tujuan pencapaian tujuan mata pelajaran ditentukan oleh bagaimana pencapaian tiap-tiap kompetensi dasar telah tercapai dengan baik? Jawabannya atas pertanyaan ini bisa bervariasi. Pengalmaan menunjukkan bahwa pada semester ke 2 2009/2010 hasil ulangan Ilmu Pengetahuan Alam tentang Proses Pembentukan Tanah masih rendah, yaitu hanya 65% tingkat ketuntasannya dari 19 siswa kelas V SD Negeri ___________ perolehan nilai Ilmu Pengetahuan Alam hanya 7 siswa yang mendapat nilai di atas 7. Ternyata ini kurang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan melihat kenyataan hasil ulangan tersebut di atas penulis merenung apa yang harus dilakukan untuk mencari solusi bagaimana cara mengatasinya untuk menigkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Selanjutnya untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Disamping untuk perbaikan pembelajaran, pelaksanaan PTK juga untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional pada program S1 PGSD. Laporan ini disusun berdasarkan catatan yang dibuat ketika merancang kegiatan perbaikan dan selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________ yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II serta diskusi pada pasca perbaikan pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu, laporan ini meliputi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan perbaikan pembelajaran, temuan atau hasil yang diperoleh serta kesimpulan dan saran tindak lanjut.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembahasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
- Apakah dengan menggunakan media tanah dan batuan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi tentang Proses Pembentukan Tanah pada siswa kelas V SD Negeri ___________ tahun 2009/2010.




3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep proses pembentukan tanah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep proses pembentukan tanah serta mendiskusikan jenis-jenis batuan dan susunan tanah melalui pendekatan model pembelajaran interaktif. Dengan digunakannya media batuan dan tanah diharapkan proses pembelajaran lebih efektif.
Dengan demikian terciptalah dengan susunan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Pada akhir proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mencapai lebih ketuntasan belajar yang maksimal.

4. Manfaat
a. Manfaat Umum
Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan hasil berupa informasi yang amat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan sebuah teori bahwa peningkatan kemampuan memahami konsep proses pembentukan tanah dapat dilakukan melalui penggunaan media yang tepat.
b. Manfaat Khusus
Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai disebut di bawah ini :
a. Untuk Siswa
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam materi proses pembentukan tanah yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Siswa mampu berekspresi secara kreatif sesuai potensi yang dimiliki dalam mengamati batu-batuan dan benda-benda lain di sekitar lingkungan.
b. Untuk Guru
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini memberikan manfaat yang besar bagi penulis sebagai seorang guru. Manfaat tersebut diantaranya :
1. Penulis memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas. Penelitian ini khususnya pada penggunaan media dengan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan Proses Pembentukan Tanah.
2. Penulis mampu mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran.
3. Dengan ditentukan permasalahan peneliti berusaha mencari solusi yang dianggap paling tepat.
4. Penulis mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelasnya dalam rangka meningkatkan kemampuan memahami proses pembentukan tanah.
c. Bagi Sekolah
Beberapa manfaat yang didapat oleh sekolah dengan adanya penelitian ini diantaranya adalah :
1. Menjadi masukan bagi guru SD dalam mengajarkan memahami konsep proses pembentukan tanah.
2. Sekolah mendapat sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan memahami proses pembentukan tanah.
3. Merupakan aset penting bagi sekolah karena dalam rangka meningkatkan aktifitas serta kreatifitas dalam pembelajaran.
4. Dapat digunakan sebagai acuan bagi guru yang lain untuk melakukan kegiatan yang sejenis.
Pembahasan pada penelitian ini adalah pada kelas V SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________ dalam Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Ruang lingkup permasalahan difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep proses pembentukan tanah.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori
Fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah :
- Memberikan pengetahuan berbagai jenis dan berbagai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari.
- Mengmbangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kwalitas.
- Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) serta ketrampilan yang berguna untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Teori yang menonjol di dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam adalah : Teori Piaget dan Teori Konstruktivisma.
Teori Piaget menguraikan perkembangan koknitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan Teori Knstruksivisma menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam fikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam yang dilihat langsung dari mata sendiri. Contohnya : dari mana asal mula tanah dan dari mana asal batu.
Teori Piaget sebagai orang dewasa kita memahami hal-hal yang sulit difahami oleh anak-anak. Contoh : benda akan jatuh ke bawah, dari mana asal batu dan dari manakah tanah.
Teori Piaget semakin nyata dalam tahun-tahun terakhir ini para ahli pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan para ahli psikologi Konstruksivisma pun memberikan banyak sumbangan fikiran tersebut menunjukkan secara spesifik bagaimana peserta didik memproses informasi / pelajaran dan bagaimana para guru dapat menjadi fasilitator pada proses tersebut.
Manusia secara normal akan berusaha memahami dunianya meskipun kita bekerja tidak secermat para ilmuwan, namun kita tetap berusaha untuk mencari penjelasan, memprediksi dan mengendalikan pengalaman-pengalaman kita khususnya siswa kelas V SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mencakup :
- Makhluk hidup dan proses kehidupannya, diantaranya manusia, hewan dan tumbuhan.
- Sifat-sifat dan kegunaannya meliputi udara, air, tanah dan batuan.
- Listrik, magnet, energi panas, gaya, cahaya, bunyi, bumi dan benda-benda lain.
- Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya.
Proses belajar Ilmu Pengetahuan Alam meliputi dua hal besar yaitu :
- Penguasaan struktur gagasan yang rumit dan abstrak (belajar konsep).
- Penguasaan ketrampilan belajar dan ketrampilan tangan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

C. Ketrampilan Berfikir
Berdasarkan hasil kajian penelitian di atas, maka ketrampilan berfikir penelitiannya setelah lulus SD diharapkan mempunyai ketrampilan minimal dalam hal :
a. Menguasai pengetahuan tentang manusia, alam dan lingkungan
- Mampu menggunakan pengamatan dan pengalamannya untuk menguasai pengetahuan alam.
- Mampu menguasai konsep abstrak yang sederhana yang tidak selalu bersandar pada pengalaman tentang proses pembentukan tanah.
- Mampu menerapkan pengetahuan tentang alam sekitar yang bermanfaat bagi kehidupannya.
b. Siswa menguasai ketrampilan
- Menggunakan ketrampilan untuk menggunakan alat atau sumber bahan yang lain.
- Menggunakan ketrampilan bernalar untuk menggunakan ketrampilan proses.
c. Siswa menguasai dasar-dasar tehnologi meliputi :
- Menerapkan berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
- Merancang dan membuat suatu karya.
- Memodifikasi karyanya berdasarkan hasil uji coba.
- Mengkomunikasikan hasil karyanya.
d. Siswa mempunyai sikap
- Peka terhadap perubahan / masalah.
- Terlatih berfikir alternatif / gagasan / hasil baru.
- Berani mengambil keputusan.
- Disiplin.
- Terbuka.
- Ingin tahu.
- Bertanggungjawab.
- Tekun.

D. Hipotesis Tindakan
Setelah dilakukan penelitian pembelajaran dengan menggunakan metode pengamatan, siswa SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________, siswa mampu memahami proses pembentukan tanah.



BAB III
METODE PENELITIAN


A. Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________. Adapun dipilihnya kelas tersebut sebagai objek penelitian karena penelitian adalah guru pada SD Negeri ___________ sehingga memudahkan proses penelitian.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2010, dengan jadwal sebagai berikut :
1. Siklus I, dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Maret 2010 pukul 09.30 - 11.00 WIB.
2. Siklus II, dilaksanakan pada hari, Rabu 10 Maret 2010 pukul 09.30 - 11.00 WIB.

3. Karakteristik Siswa
Siswa kelas V SD Negeri ___________ berjumlah 19 siswa. Terdiri dari 8 laki-laki dan 11 perempuan. Siswa kelas V cukup beragam tingkat kemampuan prestasi belajarnya. Dari 19 siswa hanya 50 % yang mempunyai kemampuan cukup baik, selebihnya kemampuannya dibawah rata-rata.
Mata pelajaran yang paling disukai adalah pendidikan olahraga, sehingga selalu ingin ke lapangan anak lai-lakinya sangat senang bermain sepakbola, kebetulan di desa Lebo ada klub sepakbola kadang-kadang mereka ikut latihan dengan orang-orang dewasa. Setiap tugas yang diberikan guru selalu dikerjakan. Tingkat kepatuhan pada guru sangat tinggi, apabila diberikan tanggung jawab untuk mengerjakan sesuatu secara berkelompok dapat diselesaikan dengan cepat.semangat belajar siswa kelas V cukup tinggi karena motivasi dengan cita-cita mereka, ada yang bercita-cita ingin jadi dokter, polisi, pengusaha bahkan ada yang ingin menjadi menteri.

B. Variabel Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Apapun langkah-langkah dari masing-masing siklus sebagaimana tertera berikut ini :

1. Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan penelitian dimulai dengan dilaksanakannya siklus I. Siklus ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Adapu tahapan pada siklus ini adalah sebagai tersebut di bawah ini :
1) Perencanaan
Perencanaan ini merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian. Atas dasar dari hasil studi pendahuluan, maka disusun perencanaan melalui beberapa tahap. Tahap-tahap yang dilalui pada perencanaan ini adalah :
- mendesain pembelajaran Pengetahuan Alam tentang pemahaman konsep energi panas dan energi bunyi serta kegunaannya;
- desain pembelajaran disimulasikan;
- masukan dari hasil simulasi digunakan untuk merevisi desai pembelajaran berikutnya:
- penyusunan instrumen yang diperlukan pada siklus.
2) Tindakan
Pada tahap ini, tindakan merupakan inplementasi dari perencanaan-perencanaan yang telah disimulasikan dan direvisi. Penggunaan strategi pembelajaran ini menitikberatkan pada penguatan daya ingat dengan menggunakan media tiga dimensi secara langsung oleh guru dan siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep sumber-sumber energi dan kegunaannya.
Pada siklus I ini diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama siswa diberikan apersepsidan penjajakan kemampuan awal siswa. Tindakan ini bertujuan untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada tahap berikutnya siswa dfiberikan informasi singkat tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Selain itu diberikan pula informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Adapun pada kegiatan berikutnya guru merumuskan permasalahan yang telah ditemukan.
3) Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan atau observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan. Hal ini tentu karena guru sebagai peneliti sekaligus juga sebagai penyampai materi. Pada tahap ini pula dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Tiap-tiap tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa akan diamati oleh observer. Observer disini adalah guru itu sendiri sebagai peneliti beserta teman sejawat. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah pedoman pengamatan. Pengamatan dilakukan pula pada saat siswa mulai menyampaikan gagasan-gagasannya. Lembar penilaian yang sudah disediakan digunakan dalam tahap ini.
4) Refleksi
Tahap refleksi dilakukan peneliti bersama teman sejawat. Tahap ini berisi diskusi dari peneliti sebagai guru maupun observer dengan teman sejawat. Diskusi berisi materi yang menitikberatkan pada kelebihan tindakan juga kekurangan tindakan. Hasil diskusi ini digunakan untuk menentukan sikap yang harus dilakukan pada siklus selanjutnya. Pada tahap ini diadakan pula analisis data. Analisis ini untuk mengetahui sejauh mana jutuan yang telah ditetapkan sudah tercapai atau belum. Dengan demikian dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.
2. Pelaksanaan Siklus II
Pada siklus II ini dilaksanakan satu kali pertemuan. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus ini yaitu 2 x 35 menit dalam satu kali pertemuan.
1) Perencanaan
Atas dasar hasil temuan faktual pada siklus I yang telah dibahas pada analisis dan refleksi, maka dibuatlah rencana untuk melaksanakan siklus II. Siklus ini seterusnya hanyalah untuk menyempurnakan siklus I. Beberapa perbedaan yang mungkin akan ditemui pada siklus II yaitu diperolehnya laporan dari hasil pengamatan. Pada siklus ini observasi akan memperoleh hasil pengamatan secara utuh.
Pada tahap perencanaan ini pula peneliti sebagai guru membuat seperangkat pembelajaran. Seperangkat pembelajaran dipersiapkan sebagaimana pada siklus I.
2) Tindakan
Sesuai dengan rancangan pembelajaran, pada siklus II ini dilakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan pun sebagaimana yang ada pada rencana mengajar harian. Hal ini sama dengan yang dilakukan pada siklus I. Namun pada siklus II ini menggunakan media benar-benar diusahakan untuk guru dan seluruh siswa. Masing-masing siswa membawa alat-alat batuan dan benda yang menyebabkan proses pembentukan tanah. Hal ini terkandung maksud agar memberikan penguatan daya ingat bagi siswa untuk menuju peningkatan hasil kemampuan siswa dalam memahami konsep proses pembentukan tanah dan manfaatnya.
3) Pengamatan
Setelah tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan pada setiap perubahan perilaku yang dialami siswa. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat yang sama, peneliti membuat catatan-catatan penting yang akan dipakai sebagai penelitian. Hal ini sebagaimana dilakukan pada siklus I.
Pengamatan dilakukan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman pengamatan dan jurnal mengajar.
4) Refleksi
Penelitian kembali melakukan refleksi setelah melakukan tindakan dan pengamatan. Refleksi dilakukan terhadap hasil yang didapat sebelum siklus II ini. Tujuan refleksi adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami proses pembentukan tanah.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis memilih tiga teknik pengumpulan data. Ketiga teknik tersebut adalah tes, observasi dan dokumentasi.

1. Teknik Tes
Pada pemelitian ini digunakan tes kemampuan memahami konsep proses pembentukam tanah
2. Metode Observasi
Dalam mengamati kemampuan siswa pada saat pembelajaran memahami konsep proses pembentukan tanah dan kegunaanya digunakan metode observasi. Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian pada suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera(Arikunto, 1998:146-147). Dalam penelitian ini hal yang diamati adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep proses pembentukan tanah.
3. Metode Dokumentasi
Tenik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda tersebut diantaranya adalah buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Menurut Arikunto (1998:149) dokumentasi berasal dari kata dokuman yang diartikan sebagai barang-barang tertulis. Jadi dokumen-dokumen yang diteliti pada penelitian ini adalah buku daftar nilai siswa kelasV tahun pelajaran2009/2010 SD Negeri ___________, Kecamatan ___________ Kabupaten ___________
Sedangkan alat pengumpul data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis. Ketiga jenis alat pengumpul data adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Butir Soal Tes
Butir-butir soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Instrumen ini berupa tes kemampuan pemahaman konsep proses pembentukan tanah dan kegunaanya.
b. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku siswa. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan para akhir prose pembelajaran. Adapun hal yang diamati adalah kemampuan siswa saat pembelajaran pemahaman konsep proses pembentukan tanah dan kegunaanya. Kemudian hasil pengamatan dipakai sebagai dasar pemberian tindakan pada siklus II.
c. Skala Penilaian Untuk Studi Dokumentasi
Pada penelitian ini dilakukan studi dokumentasi. Studi dilakukan terhadap buku siswa. Sedangkan yang menjadi cakupan studi adalah buku daftar nilai Kelas IV Tahun Pelajaran 2009/2010 SD Negeri ___________ Kecamatan ___________, Kabupaten ___________

D. Validitas Data
terdapat dua jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini. Kedua jenis validitas tersebut adalah seperti disebut di bawah ini.
1. Validitas Instrument Tes
Dalam penelitian ini dilakukan validitas instrumen tes. Hal ini dilakukan karena validitas merupakan ukuran dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena tes yang digunakan adalah tes perbuatan, maka validitas data melaluivaliditas teoritik.
2. Validitas Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran perlu juga dilakukan validitas data. Validitas data dilakukan melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode

E. Indikator Kinerja
Sebagai sebuah penilitian, tindakan kelas perlu adanya indikator . indikator digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian. Apabila indikator terpenuhi penelitian dikatakan berhasil. Adapun indikator Penelitian Tindakan Kelas dibedakan dalam dua kelompok.
1. Indikator Umum
Indikator sebuah penilitian ini adalah sebagaimana disebut di bawah ini.
1) Guru dapat mengelola pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.
2) Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran soswa meningkat.
3) Siswa dapat memahami hakikat belajar. Dalam hal ini belajar menjadi suatu kebutuhan, bukan paksaan
2. Indikator Khusus
Meningkatnya kemampuan pemahaman konsep sumber-sumber energi dan kegunaanya dengan penggunaan metode demonstrasi dengan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Atas dasar hasil pembelajaran sebelum diupayakan peningkatan kemampuan pemahaman konsep sumber-sumber energi dan kegunaanya pada siklus I dengan hasil rata-rata di bawah 75%. Maka indikator kinerja setelah tindakan pada siklus II diharapkan meningkat menjadi lebih dari 75%. Jadi persentase ketuntasan belajar pemahaman konsep sumber-sumber energi dan kegunaanya diharapkan mencapai 75% ke atas.

F. Analisis Data

Pada penilitian dilakukan juga analisis data, karena anlisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting. Sehingga data tersebut akhirnya digunakan dalam memecahkan masalah yang ada dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif. Digunakannya analisis deskriptif komparatif sebab untuk membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kinerja.
Dilakukanya analisis data semenjak awal sampai akhir proses penelitian. Karena hal ini merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara tahap pengumpulan dan analisis data, sebagaimana diungkapkan oleh Sayekti Pujo Suwarno (1995:6). Dalam menganalisis data dilakukan juga dengan model deskritif persentase. Sedangkan data hasil obsevasi dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi.

Baca Selengkapnya...

Read more...

Proposal PTK 12

PROPOSAL PTK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENGHITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN DUA ANGKA DENGAN TEKNIK MENYIMPAN SACRA BERSUSUN
DI KELAS I SD NEGERI ___________ MELALUI METODE LATIHAN / TRAINING







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan materi matematika yang kuat sejak dini, namun kenyataannya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Matematika dianggap sulit dan banyak rumus-rumus yang harus dihafalkan, juga banyak hitungan yang rumit. Hanya sebagian kecil siswa saja yang menyenangi pelajaran matematika.
Konsep penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan harus dikuasai siswa sejak kelas I SD, dengan menguasai dan memahami konsep penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan dapat membantu siswa mengerjakan soal yang lebih sulit. Untuk memahami konsep penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan, siswa harus paham betul akan nilai tempat suatu bilangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa SD Kelas I mengalami kesulitan dalam memahami operasi hitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun karena tidak mempunyai kemampuan dasar hitung yang baik, bahkan banyak juga guru yang mengalami kesulitan dalam mengajarkan operasi hitung penjumlahan tersebut. Tidak mudah membawa siswa memahami konsep penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan tersebut, ini berarti pelajaran operasi hitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun memerlukan perhatian dan kesungguhan, ketekunan dan kemampuan profesional dari para guru. Untuk itu perlu ada upaya dari guru dalam pembelajaran matematika agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan tersebut.
Salah satu upaya yang dapat dimaksimalkan adalah perlunya penggunaan metode pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode sangat membantu suksesnya pembelajaran. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu yang terbaik yang guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran. Hal ini tergambar dari pencapaian hasil belajar siswa Kelas I SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________, dari 29 siswa yang mendapat 75 ke atas hanya anak 13 (45%) sedangkan 16 siswa (55%) perolehan nilai belajarnya masih memprihatinkan. Dari perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa penguasaan materi belum tuntas. Untuk meningkatkan penguasaan materi tersebut, maka peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan pengamatan peneliti dengan dibantu teman sejawat bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran matematika. Dari identifikasi terungkap hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa pasif tidak mau bertanya.
2. Siswa belum memahami konsep penjumlahan dengan cara menyimpan.
3. Kemampuan guru dalam memanfaatkan media / alat peraga masih kurang
4. Guru belum dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
5. Hasil belajar matematika khususnya menjumlah dengan teknik menyimpan masih rendah.
Dengan kenyataan seperti di atas perlu adanya upaya pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif dan memotivasi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ada, maka peneliti memilih metode latihan / training dengan tujuan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Menghitung Penjumlahan Bilangan Dua Angka dengan Teknik Menyimpan secara Bersusun di Kelas I SD Negeri ___________ Melalui Metode Latihan / Training”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas dapat penulis rumuskan dua masalah yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa Kelas I SD Negeri ___________ dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun?
2. Apakah penggunaan metode latihan / training dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun di Kelas I SD Negeri ___________?


C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan memiliki tujuan sebagai beriku :
1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa Kelas I SD Negeri ___________ dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun dengan penggunaan metode latihan / training.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Siswa
- Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun dengan metode latihan / training.
- Memberi suasana dan tantangan baru sehingga siswa lebih berminat dan senang dalam mengikuti pelajaran.
- Dengan metode latihan / training dapat digunakan siswa sebagai alternatif untuk memecahkan masalah seperti penjumlahan dengan teknik menyimpan.
2. Bagi guru
- Menambah pengalaman dan tantangan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
- Memberi gambaran dan informasi bagi teman-teman guru tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
- Mencari alternatif metode pembelajaran yang tepat untuk konsep operasi hitung bilangan.
3. Bagi Sekolah
- Memberi sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan prestasi siswa.
- Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar: 2001). Belajar merupakan suatu proses yaitu suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Menurut Skinner (dalam Ratna wilis Dahar, 1996: 24) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi menurun. Gagne (dalam Nyimas Aisyah, 2007: 54) berpendapat belajar sebagai perangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru, menurutnya belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah tingkah laku secara permanent, sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru.
Belajar menurut peneliti adalah segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat perubahan tingkah laku dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran matematika.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata “ Prestasi” dan “Belajar”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995: 78) sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepribadian atau ilmu (Debdikbud, 1995: 14). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi menurut peneliti adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
c. Pengertian Matematika
W.W. Swayer dalam The Liang Gie (1993: 28), matematika adalah penggolongan dan penelaahan tentang semua pola yang memungkinkan. Pola di sini dipakai dalam suatu cara yang tidak setiap orang dapat menyetujuinya. Ini dipahami dalam suatu makna yang amat luas mencakup hampir setiap macam keteraturan yang dapat dikenali oleh pikiran.
GD. Fitch dalam The Liang Gie (1993 : 76), matematika murni adalah suatu kumpulan teori-teori deduktif hipotesis masing-masing terdiri dari sebuah sistem tertentu dari pengertian-pengertian primitif, tak diterangkan, atau simbol-simbol dan patokan pikiran tak dibuktikan tetapi ajek (umumnya disebut aksioma-aksioma) bersama-sama dengan akibat-akibat mereka yang dapat diturunkan secara logis mengikuti proses deduktif yang tegar tanpa bantuan ilham.
Berkaitan dengan pertanyaan apa matematika? Dapat dikatakan bahwa matematika adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan dan penyimpulan deduktif. Bahkan ada ahli matematika yang menyatakan matematika itu seni. Freudhental mengatakan bahwa matematika adalah juga aktivitas manusia.
Hudoyo (1993:3) berpendapat matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Hubungan antara konseptual dan prosedural sangat penting, pengetahuan konseptual mengacu pada ketrampilan melakukan suatu algoritma atau prosedur menyelesaikan soal-soal matematika. Menurut Sutawijaya (1997:177), memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan ketrampilan matematika.
Pembelajaran matematika SD merupakan pembelajaran yang utama, terutama di SD kelas rendah (I dan II). Hal ini jelas karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa matematika khususnya dalam pokok bahasan berhitung bilangan merupakan dasar sebelum mempelajari pokok bahasan-pokok bahasan yang lain.
Menurut Brownell bahwa anak-anak pasti memahami apa yang sedang mereka pelajari, jika belajar secara permanen atau secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Menurutnya penggunaan benda-benda kongkrit dapat dimanipulasikan sehingga anak-anak memahami makna dari konsep ketrampilan belajar yang baru.
Jean Piaget meyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap yaitu: sensori motor, pra operasional, operasi kongkrit dan operasi formal. Selama tahap operasi kongkrit anak mengembangkan konsep dengan benda-benda kongkrit untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Pada saat ini anak sudah mulai berfikir logis. Pola berpikir anak terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda kongkrit.
d. Karakteristik Pembelajaran Matematika
1) Pembelajaran Matematika dilakukan secara berjenjang.
Dimulai dari konsep sederhana bergerak ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari hal kongkrit bergerak ke semi abstrak dan berakhir pada abstrak.
2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkan pada konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip “Belajar Bermakna” atau belajar dengan pamahaman. Konsep baru merupakan perluasan atau pendalaman konsep sebelumnya.
3) Pembelajaran matematika menekankan penggunaan pola deduktif
Yaitu memahami suatu konsep melalui pemahaman definitif umum kemudian ke contoh-contoh. Di sekolah dasar ditempuh pola pendekatan induktif yaitu mengenal konsep melalui contoh-contoh. Hal ini disebabkan alasan psikologis yaitu siswa sekolah dasar masih pada tingkat berfikir kongkrit.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pertanyaan sebelumnya yang sudah dianggap benar.
e. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
1) Tujuan Umum
a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan, keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat dan efektif.
b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika.
c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SMP.
d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
f. Pendekatan Pembelajaran Matematika
1) Pendekatan belajar aktif
Pendekatan belajar aktif adalah pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa secara fisik, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.


2) Pendekatan Terpadu
Pembelajaran terpadu dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui konsep dari beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan dari konsep yang bersangkutan. Pengertian kebermaknaan inilah yang dapat menyebabkan siswa memahami suatu konsep secara mantap.
3) Pendekatan Kontruktifis
Pembelajaran matematika secara kontruktifis merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Melalui tiga fase tersebut siswa dibimbing membentuk pemahamannya. Selanjutnya siswa dikatakan memahami matematika secara bermakna apabila ia memahami secara konseptual dan prosedural. Kebermaknaan pemahaman tersebut akan dapat dicapai melalui pembelajaran kontruktifis.
4) Pendekatan Realistik
Pembelajaran matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun kelompok.
2. Metode Latihan / Training
Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan ini mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami karakteristik metode ini.
a. Kelebihan Metode Latihan / Training
1) Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga.
2) Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya.
3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya.
4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecakapan pelaksanaan.
5) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
6) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
b. Kelemahan Metode Latihan / Training
1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah, dan membosankan.
4) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
5) Dapat menimbulkan verbalisme.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dari beberapa penelitian yang telah ada diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Winarso yang berjudul “Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Mata Pelajaran Matematika dan IPS Pada Kelas VI Semester II Sekolah Dasar Negeri Siwatu 02 Kecamatan Wonotunggal Kabupaten ___________” yang di dalamnya disebutkan bahwa penggunaan media kartu hitung pecahan dan benda kongkrit dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Siwatu 02 Kecamatan Wonotunggal ___________ dalam memahami konsep pengurangan bilangan pecahan dan bilangan campuran dan penerapan metode pemberian tugas dan penggunaan media peta dunia / globe dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas VI SD Negeri Siwatu 02 Kecamatan Wonotunggal Kabupaten ___________ dalam memahami konsep tentang negara-negara Eropa Barat dan ibukotanya.

C. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar matematika siswa kelas I tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Sedangkan dari faktor guru adalah guru dalam mengajar belum tepat dalam menggunakan metode mengajar. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Peneliti berupaya agar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan guru, dan guru mampu memilih dengan tepat penggunaan metode pembelajaran yang akan digunakan. Oleh karena itu guru kelas I dengan dibantu teman sejawat akan menggunakan metode latihan/training untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian diharapkan penggunaan metode latihan/training dalam materi menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun, dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika.

D. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka dapat diturunkan hipotesis atau dugaan sementara yaitu ada peningkatan prestasi belajar siswa dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun di Kelas I SD Negeri ___________ melalui metode latihan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian
1. Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ Kabupaten ___________. Adapun dipilihnya kelas tersebut sebagai obyek penelitian karena penulis adalah guru pada SD Negeri ___________ sehingga memudahkan proses penelitian, kecuali itu juga sejalan dengan makna PTK, bahwa PTK merupakan perbaikan pembelajaran di lingkungan sendiri guna meningkatkan hasil belajar siswa (Wardani:2003)
2. Karakteristik Penelitian
Siswa yang diteliti adalah siswa Kelas I SD Negeri ___________ tahun pelajaran 2009/2010. Kelas I SD Negeri ___________ berjumlah 29 siswa. Terdiri dari 19 laki-laki dan 10 perempuan. Kemampuan membaca, menulis dan berhitungnya rata-rata masih rendah hal itu dikarenakan latar belakang pendidikannya tidak semua berasal dari lulusan TK hanya sebagian saja yang lulus TK dan sebagian lagi belum pernah mengenyam pendidikan TK. Dan jika dilihat dari kondisi ekonomi orang tuanya termasuk ekonomi lemah bahkan cenderung miskin, karena pada umumnya orang tuanya bekerja sebagai buruh. Hal inilah yang menyebabkan motivasi belajar siswa juga rendah.

B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan Peningkatan Prestasi belajar siswa dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun di Kelas I SD Negeri ___________ melalui metode latihan. Sehingga dalam penelitian ini terdapat 2 variabel.
Variable pertama (X) yaitu tentang prestasi belajar siswa dalam menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun di Kelas I SD Negeri ___________. Variabel kedua (Y) yaitu tentang metode latihan

C. Rencana Tindakan
Pada bagian rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1. Persiapan (Perencanaan)
 Mengkaji teori-teori yang mendukung/kepustakaaan.
 Menyusun penyusunan Proposal Pembelajaran (RPP untuk kegiatan belajar mengajar, LKS, instrumen penilaian, dan menyiapkan media/alat/bahan praktikum).
 Menyusun pertanyaan-pertanyaan bimbingan
 Menyusun instrumen penelitian
 Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta menjadi observer.
2. Pelaksanaan (Implementasi Tindakan)
 Pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam 2 siklus. Siklus 1 melaksanakan pembelajaran menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun melalui metode latihan, dan siklus 2 melaksanakan pembelajaran menghitung penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun melalui metode latihan dengan pembuatan indikator alam dan pengujiannya terhadap bahan-bahan di sekitar.
 Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrumen penilaian, alat dan bahan yang akan digunakan).
 Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP.
 Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.
 Pengumpulan data akan dilakukan melalui tes, observasi pembelajaran (dengan fokus pada aspek-aspek yang akan diteliti), wawancara siswa mengenai kesulitan siswa ketika melakukan perhitungan, produk siswa (jawaban LKS) dan laporan hasil kerja siswa.
3. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan dengan teman sejawat menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Pada akhir pembelajaran siswa diminta tanggapannya dengan cara mengisi angket tanggapan siswa.
4. Analisis dan Refleksi
Setelah dilakukan tindakan, kita menganalisis dari data yang telah kita peroleh baik data kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisis beserta kelebihan dan kekurangan yang ada dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Analisis data difokuskan pada aktivitas siswa dalam pengamatan dan diskusi dalam proses pembelajaran. Dan data hasil belajar siswa dianalisis presentasi pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) baik secara individual maupun secara klasikal.

D. Teknik Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ada 2 cara yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes digunakan pada siklus 1 dan siklus berikutnya, untuk mengikuti peningkatan pemahaman siswa tentang menghitung penjumlahan dua bilangan penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun. Dan teknik non tes yaitu dengan cara drill mengenai cara menghitung penjumlahan dua bilangan dua angka dengan teknik menyimpan secara bersusun.
Hal ini dilakukan untuk memperdalam pemahaman siswa tentang penjumlahan dan memperlancar ketrampilan siswa dalam menghitung penjumlahan. Alat pengumpulan data berupa tes dan non tes untuk melengkapi data yang diperoleh baik berupa tes (data kuantitatif) dan data penilaian dalam proses pembelajaran (kualitatif), sehingga hasil penilaian lebih akurat.

E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini adalah hasil belajar siswa dan peningkatan keaktifan yang menunjukkan sikap pemahaman siswa dalam menghitung penjumlahan.
Meningkatkan hasil belajar siswa diukur dari besarnya post tes setiap akhir kegiatan dengan ketuntasan belajar 75 % dari jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SD Negeri ___________ Kecamatan ___________ ___________. Dengan data ini berarti metode latihan / training dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Teknik Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan penulis dalam menganalisa data kuantitatif yang telah diperoleh adalah metode diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2.
Baca Selengkapnya...

Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Quotes Comments Pictures

About Me

Foto saya
Guntur Saleksa, bekerja di SDN Kebonsari I Tuban (paginya) RBS (sorenya) dan bimbel Ganesha Operation (Malamnya). Orang yang cinta Indonesia.. pengen berkarya dan pengen membantu sesama.. karena guntur juga butuh semua.. salam berbagi...
Quotes Comments Pictures

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP